masa lalu sangat berpengaruh bagi masa depan anda,, jadi jagalah masa kini anda untuk masa depan anda

Kamis, 10 Mei 2012

MAKNA DAN OBJEK FILSAFAT ILMU

  Untuk membahas objek studi formal dan material dalam filsafat, perlu dikaji terlebih dahulu makna filsafat itu. Secara etimologis, filsafat berasal dari beberapa bahasa, yaitu bahasa Inggris dan Yunani. Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosopy, sedangkan dalam bahasa Yunani yaitu philein (cinta) atau philos (mencintai, menghormati, menikmati) dan sophia atau  sofein (kehikmatan, kebenaran, kebaikan, kebijaksanaan atau kejernihan). Dengan demikian, secara etimologis, filsafat atau berfilsafat berarti mencintai, menikmati kebijaksanaan atau kebenaran (Wiramihardja, 2007).  Menurut Keraf  (2001) secara etimologis filsafat berarti cinta akan kebenaran; suatu dorongan terus menerus, suatu dambaan untuk mencari dan mengejar kebenaran.
Filsafat adalah sebuah sistem pemikiran, atau cara berpikir yang terbuka untuk dipertanyakan dan dipersoalkan  kembali. Filsafat adalah sebuah tanda tanya dan bukan sebuah tanda seru. Filsafat adalah pertanyaan dan bukan pernyataan (Keraf, 2001). Dilihat dari arti praktisnya, filsafat adalah alam berpikir atau alam pikiran. Berfilsafat adalah berpikir (Wiramihardja, 2007). Menurut Langeveld (dalam Wiramihardja, 2007), filsafat adalah suatu perbincangan mengenai segala hal, sarwa sekalian alam secara sistematis sampai ke akar-akarnya. Jika dirumuskan kembali, filsafat adalah suatu wacana atau perbincangan mengenai segala hal secara sistematis sampai konsekuensi terakhir dengan tujuan menemukan hakikatnya.  Hakikat adalah pemahaman atau hal yang paling mendasar.
Berikut pandangan beberapa ahli filsafat. Menurut Plato, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang murni. Menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, seperti ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Descartes mengatakan filsafat sebagai kumpulan segala ilmu pengetahuan termasuk di dalamnya Tuhan , alam, dan manusia  menjadi pokok penyelidikan . Immanuel Kant menyatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang di dalamnya mencakup 4 persoalan, yaitu apa yang diketahui (metafisika), apa yang seharusnya diketahui (etika), sampai di mana harapan kita (agama) dan apa yang dinamakan dengan manusia (antropologi). Hasbullah Bakri merumuskan definisi ilmu filsafat sebagai ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikat ilmu filsafat dapat dicapai oleh akal manusia dan bagaiman seharusnya sikap manusia setelah mencapai pengetahuan itu (Wiramihardja, 2007).
Lorens Bagus (dalam Sudrajat, 2008) menjelaskan bahwa dalam teori skolastik terdapat pembedaan antara objek material dan objek formal. Objek material merupakan objek konkrit yang disimak ilmu sedangkan objek formal merupakan aspek khusus atau sudut pandang terhadap ilmu. Yang mencirikan setiap ilmu adalah objek formalnya. Sementara objek material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain.
Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran menyelidiki  suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.
Auguste Comte (dalam Sudrajat, 2008) mendasarkan klasifikasinya pada objek material. Ia membuat deretan ilmu pengetahuan berdasarkan perbedaan objek material, yaitu:
  • Ilmu pasti/matematika
  • Ilmu falak/astronomi
  • Ilmu fisika
  • Ilmu kimia
  • Ilmu hayat/biologi, dan
  • Sosiologi.
Deretan tersebut menunjukkan perbedaan objek dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks. Objek ilmu pasti adalah yang paling bersahaja karena hanya menyangkut angka yang mengikuti aturan tertentu. Oleh karena itu, matematika disebut juga ilmu pasti meskipun matematika paling bersahaja.  Matematika juga merupakan alat bagi segenap ilmu pengetahuan. Sementara itu, ilmu palak menambahkan unsur gerak terhadap matematika, misalnya kinematika. Objek ilmu alam adalah ilmu palak atau matematika ditambah dengan zat dan gaya, sedangkan objek ilmu kimia merupakan objek ilmu fisika ditambah dengan perubahan zat. Unsur gelaja kehidupan dimasukkan pada objek ilmu hayat. Adapun sosiologi mempelajari gejala kehidupan manusia berkelompok sebagai makhluk sosial.
Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, misalnya apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah, dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia. Problem inilah yang dibicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.
Aristoteles (dalam Sudrajat, 2008) memberikan suatu klasifikasi berdasarkan objek formal. Ia membedakan antara ilmu teoritis (spekulatif), praktis, dan poietis (produktif). Perbedaanya terletak pada tujuannya masing-masing. Ilmu teoritis bertujuan bagi pengetahuan itu sendiri, ialah untuk keperluan perkembangan ilmu, misalnya dalam hal preposisi atau asumsi-asumsinya. Ilmu teoritis mencakup fisika, matematika, dan metafisika. Ilmu praktis, ialah ilmu pengetahuan yang bertujuan mencari norma atau ukuran bagi perbuatan kita, termasuk di dalamnya adalah etika, ekonomia, dan politika. Poietis, ialah ilmu pengetahuan yang bertujuan menghasilkan suatu hasil karya, alat dan teknologi. Ada perbedaan esensial di antaranya, yaitu ilmu praktis bersangkutan dengan penggunaan dan pemanfaatannya, sedangkan poietis bersangkutan dengan menghasilkan sesuatu, termasuk alat yang akan digunakan untuk penerapan.
Berdasarkan taraf abstraksinya ilmu teoritis dibagi menjadi tiga jenis. Taraf pertama, abstraksi dilakukan terhadap individualitas gejala atau kenyataan sehingga ketika berbicara tentang rumah dan manusia, yang tinggal hanya rumah atau manusia pada umumnya. Abstraksi pada taraf kedua meninggalkan kuantitas serta menimbulkan matematika yang mencakup geometri (ilmu ukur), serta aritmatika (ilmu hitung). Abstraksi pada taraf ketiga menghasilkan sesuatu yang tidak bermateri (immaterialitas) yang dipelajari dalam metafisika. Kenyataan itu ditinjau dari sudut universalitas, kuantitas, dan immaterialitas yang berarti berdasarkan objek formal.
Contoh objek material dalam ilmu matematika yaitu tentang bilangan, sedangkan objek formal yaitu penggunaan dari lambang bilangan untuk penghitungan dan pengukuran. Filsafat membahas bilangan sebagai objek studi material artinya filsafat menjadikan bilangan sebagai objek sasaran untuk menyelidiki ilmu tentang bilangan itu sendiri. Objek material filsafat ilmu bilangan adalah bilangan itu sendiri. Bilangan itu sendiri dimulai dari yang paling sederhana, yakni bilangan asli, bilangan cacah, kemudian bilangan bulat, dan seterusnya hingga bilangan kompleks.
Sebagai objek formal filsafat, bilangan dikaji hakikat atau esensinya. Pengkajian filsafat tentang bilangan misalnya mengenai apa hakikat dari bilangan itu, bagaimana merealisasikan konsep bilangan yang abstrak menjadi riil atau nyata, bagaimana penggunaan bilangan untuk penghitungan dan atau pengukuran.
Daftar Pustaka
Keraf, A. Sonny dan Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Yoyakarta: Penertbit Kanisius.
Sudrajat, Akhmad. Perkembangan Filsafat Ilmu, http://akhmadsudrajat.wordpress. com/2008/01/13/perkembangan-filsafat-ilmu/ diakses pada 26 Desember 2008.
Wiramihardja, Sutardjo A. 2007. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika Aditama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar