Wilayah
kajian pendidikan dapat dilihat dari berbagai dimensi. Buchori (1994)
melihatnya dari dua dimensi, yaitu: dimensi lingkungan pendidikan, dan
dimensi jenis permasalahan pendidikan.
Dilihat dari dimensi lingkungan pendidikan, maka wilayah kajianya
meliputi: pendidikan dalam lingkungan keluarga, pendidikan di sekolah,
dan pendidikan di luar sekolah. Dilihat dari dimensi jenis permasalahan
pendidikan, maka wilayah kajianya meliputi: masalah landasan pendidikan
(foundation problems of education); masalah struktur lembaga pendidikan (structural problem of education); dan masalah operasional pendidikan (operational problem of education).[1]
Dilihat dari berbagai dimensi tersebut di atas, maka filsafat pendidikan dapat dikategorikan dalam masalah landasan pendidikan (foundation problems of education).
Di Amerika Serikat telah berkembang madzhab-madzhab pemikiran
pendidikan, yang dapat dipetakan kedalam dua kelompok, yaiut:
tradisional dan kontemporer. Termasuk dalam kelompok tradisional
adalah: Perenialism dan Essentialism, sedangkan yang termasuk kontemporer adalah: Progressivism, Reconstructionism dan Extentialism.[2]
Penjabaran dari masing-masing sikap tersebut dalam pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Perennialism
Pandangan perenialism, ia menghendaki agar pendidikan
kembali kepada jiwa yang menguasai abad pertengahan, karena ia telah
merupakan jiwa yang menuntun manusia hingga dapat dimengerti adanya
tata kehidupan yang telah ditentukan secara rasional.
2. Essentialism
Dalam pemikiran filsafat pendidikan aliran ini, menghendaki
pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang tinggi, yang hakiki
kedudukannya dalam kebudayaan. Nilai-nilai ini hendaklah yang sampai
kepada manusia melalui sivilisasi dan yang telah teruji oleh
waktu. Tugas pendidikan adalah sebagai perantara atau pembawa
nilai-nilai yang ada dalam gudang di luar ke dalam jiwa peserta didik,
sehingga ia perlu dilatih agar mempunyai kemampuan absorbsi
(penyerapan) yang tinggi
3. Progessivism
Menurut progressivism, ia menghendaki pendidikan yang pada
hakekatnya progresif, tujuan pendidikan hendaknya diartikan sebagai
rekonstruksi pengalaman yang terus menerus agar peserta didik dapat
berbuat sesuatu yang intelligent dan mampu mengadakan penyesuaian dan
penyesuaian kembali sesuai dengan tuntutan dari lingkungannya.
4. Reconstructionism
Konsep pendidikan reconstructionism menghendaki agar peserta didik
dapat membangkitkan kemampuannya untuk secara konstruktif menyesuaikan
diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai
akibat adanya pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta
didik tetap berada dalam suasana aman dan bebas.
5. Existensialism
Existensialism menghendaki agar pendidikan selalu melibatkan peserta
didik dalam mencari pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhannya
masing-masing individu adalah makhluk yang unik dan bertanggung jawab
atas diri dan nasibnya sendiri.
[1] Dmau tau? hubungi penulis….
[2] Ibid. h. 40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar