Filsafat Ilmu sebagai cabang filsafat
ternyata telah diminati secara khusus semenjak abad XVII, terutama
ketika ilmu-ilmu mengalami perkembangan dan lepas landas pasca
renaissance dan humanisme di dunia Barat, hingga kini telah mengalami
perkembangan sedemikian besar dan beragam meliputi beberapa aspek.1
Pada awal abad ke 20 muncul sebuah
kelompok yang terdiri dari sarjana-sarjana ilmu pasti dan alam di Wina
lebih dikenal dengan “lingkaran Wina”.2
Salah satu tujuannya adalah memperbaharui positivisme klasik ciptaan
Comte sekaligus memperbaiki kekurangan-kekurangannya. Adapun yang
dikembangkan adalah Neo-Positivisme atau kerap juga dinamakan
Positivisme Logis ataupun Empirisme Logis.3
Mereka memandang filsafat ilmu sebagai logika ilmu. Karenanya seorang
filosof ilmu hanyalah melakukan konstruksi presentasi formal dari
ungkapan-ungkapan ilmiah,4 dalam penggunaan bahasa yang bermakna (meaningfull) dan sahih akibatnya filsafat ilmu semakin jauh dari kenyataan ilmu pengetahuan.
Filsafat Ilmu baru dimulai dengan terbitnya karya Khun “The Structure of Scientific Revolusion (1962)”
Kuhen menyatakan bahwa sebaiknya Filsafat Ilmu berguna bagi Sejarah
Ilmu. Upaya untuk berguna bagi Sejarah Ilmu harus merupakan titik
pangkal segala penyelidikan. Dengan begitu Filsafat Ilmu bisa mendekati
kenyataan ilmu dan aktivitas ilmiyah.
Pada tahap selanjutnya Institusi Sosial
Franfurt sejak tahun 1923 telah menuangkan gagasan-gagasannya. Salah
seorang tokohnya ialah Erick From (1900-1980) kelompok ini terdiri dari
ahli sosiologi, ekonomi, politik dan psikologi. Mereka berusaha
memperbaharui dan memperdalam masalah teoritis dan falsafi mengenai
cara kerja dan kedudukan ilmu-ilmu sosial.5
Mereka berpendapat bahwa manusia sebagai pencipta cara hidupnya sendiri
secara keseluruhan, kemudian keterasingan manusia di tengah-tengah
dunia hasil ilmu, teknik dan industri tidak dapat diatasi dengan
pemikiran teoritik dan kritis saja.
Dengan demikian mereka mengadakan
refleksi falsafi atas kritik-kritiknya yang bertitik pangkal pada
pengalaman tentang keadaan ekonomi, politik dengan segala implikasinya
dalam bidang sosial. Sedangkan cara mengembangkan refleksi itu bersifat
dialektika sesuai dengan keadaan yang tak henti-hentinya berubah secara
dialektis juga.6
Surga Makalah®
Kepustakaan:
[1]C. Verhaak, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (t.d.), h. 137-144.
[2]Kelompok yang didirikan untuk murid-murid Schlici pada tahun 1924 dan mendapat pengaruh dari tiga corak, pertama dari empirisme, positivisme Hume, Smith dan Ernetmax. Kedua, metodologi ilmu empiris yang dilambangkan untuk para ilmuan semenjak abad XVIII. Ketiga, perkembangan logika simbolik dan analisa logik yang dikembangkan oleh Russel, Wetgentein dan WT. Heath.
[3]Suatu pandangan yang hanya mengakui
satu sumber pengalaman saja, yaitu pengalaman yang mengenal data-data
inderawi untuk pembuktian dalil-dalil logika dan matematika yang tidak
dihasilkan lewat pengalaman sehingga menjadi suatu keseluruhan yang
meliputi segala data.
[4]Agar ilmu pengetahuan dapat dijabarkan menjadi suatu ilmu made of univeld Sceince. Maka mereka tidak membedakan bahasa yang digunakan ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu-ilmu alam.
[5]C. Verhaak, op. cit., h. 157-162
[6]Ibid., h. 172
Tidak ada komentar:
Posting Komentar